Delapan belas tahun silam, tepatnya tanggal 13 Juni 1996, saya dilahirkan. Ya, nama saya Diah Wijayanti, saya lahir disebuah kota kecil nan indah yaitu Balikpapan, Kalimantan Timur. Dibesarkan oleh kedua orang tua yang sangat saya banggakan dan terlahir sebagai anak kedua dari dua bersaudara yaitu saya dan kakak yang juga saya banggakan. Masa kecil saya sangat menyenangkan, tercatat sebagai siswa di TK Hang Tuah Balikpapan, itulah awal saya mengenyam sebuah pendidikan yang luar biasa, sejak TK saya sering diikutsertakan lomba terutama di bidang menggambar dan mewarnai nah, mungkin itulah salah satu faktor saya menyukai seni gambar-menggambar serta mewarnai hingga sekarang. Fase-fase menyenangkan itupun berlanjut ketika saya menjadi siswa di SDN 006 Bal-Teng, enam tahun disini pun berlalu dengan sangat luar biasa, banyak sahabat serta guru yang sangat saya sayangi dan disini pula saya serinkali masuk 10 besar dan sering menjadi pengurus kelas, so Alhamdulillah, Allah telah memberikan kesempatan itu.
Beralih ke jenjang SMP, saya mengenyam pendidikan ini SMPN 2 Balikpapan, banyak pengalaman disini namun temannya tidak sebanyak di SD sih,.Disini saya menemukan guru-guru yang kuar biasa, mereka mengajarkan saya untuk berani memiliki cita-cita. Maklumlah ketika SMP saya tidak terlalu ambisius untuk masuk di SMA favorit, entahlah kenapa saya ingin yang biasa-biasa saja, namun ada salah satu guru yang mengingatkan saya tentang kekuatan sebuah mimpi dan tujuan,.ya setiap orang hatus punya mimpi dan tujuan karna tanpa itu hidup kita penuh dengan pesimis bagaikan kapal yang berlayar terombang-ambing tak tahu akan berlabuh kemana,.(so puitis). Alhamdulillah, nilai saya di SMP bagus dan masuk 10 besar selama 3 tahun.
Setelah SMP, saya melanjutkan sekolah di SMAN 1 Balikpapan, nah di sini hidup saya sangar berwarna. Saya setuju jika ada orang yang bilang masa SMA itu menyenangkan nan indah, yap benar. Saya pumya banyak teman disini walaupun sekolah ini bukan sekolah yang saya ingini karena di SMA ini salah satu yang favorit dan saya tidak terlalu ingin bersaing disini, tapi laha saya masuk disini. namun semua itu ada hikmahnya dan Allah Maha membolak balikan hati,. saya jadi cinta sama SMA saya ini. Ya, banyak pengalaman saya disini, pertama kalinya saya beroganisasi ya disini, saya banyak belajar berbicara di depan orang, mencari sponsor, dekor panggung untuk event, dan ilmu-ilmu keagamaan saya dapatkan disini,.organisasi ini bernama FKPM,Forum Komunikasi Pelajar Muslim, nilai saya di SMA ini bisa dibilang tidak begitu baik dibanding SD dan SMP, ya karena salah satu sekolah favorit otomatis saingan banyak dan mungkin saya juga yang terkadang kurang serius. Tapi saya bangga pernah mengukir mozaik-mozaik kehidupan saya di SMAN 1 Balikpapan.
Lulus SMA, saya melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang, sejak SMP saya ingin sekali pake jas merah, dulu saya pikir jas merah itu UI, NAMUN TERNYATA SAYA SALAH, UMM lah si jas merah itu, dan sejak SMP cita-cita saya ingin menjadi psikolog dan jurnalistik, hingga akhirnya saya memilih psikologi, motivasi awal karena kakak sepupu saya alumni psikologi UMM juga, jadi terkadang saya membaca buku psikologinya dan itu menarik walaupun saya tidak terlalu mengerti. Ketika saya memilih UMM banyak pro dan kontra, hingga akhirnya saya harus jelasin susah payah tentang UMM, jujur saya tidak pernah membedakan PTS maupun PTN, karena di mata saya semua sama tergantung individunya. Banyak pengorbanan ketika masuk di UMM, saya harus memblacklist SNMPTN saya demi masuk UMM, jadi disaat teman-teman saya sibuk mendaftarkan SNMPTN, saya malah tidak sama sekali tertarik SNMPTN, karena saya sudah mantap di UMM, sempat saya dipanggil guru dan teman-teman saya, bahkan saya diteleponin, di smsin, dan di wa-in, dan mereka semua bilang,."Diah, kenapa belum finalisasi SNMPTN??, ini sisa berapa jam loh,", dan saya bilang, "Saya ga ikut SNMPTN, soalnya ingin kuliah di UMM dan sudah daftar di jalur undangan UMM, makasi ya sudah diingatin". Banyak yang kecewa setelah hari finaliasasi, dan banyak juga yang heran atas keputusan saya. Tapi saya hanya balas dalam hati"tiap orang itu punya pilihan, biarkan mereka memilih dan menerima konsekuensi terbaik maupun terburuknya". Dan saat pengumuman undangan UMM, saya diterima di psikologi UMM, saya langsung cus ke malang tanggal 14 Mei, ini pertama kalinya saya berangkat keluar kota sendiri naik pesawat. Ya, saya mau nunjukin keseriusan saya untuk merantau, saya mau merubah diri saya untuk jauh lebih mandiri. Nangis sih pas di bandara, pelukan sama orang tua saya, dan terkhir kalinya saya mencium tangan mereka karena saya akan menuntut ilmu di negeri orang. Tahukah anda tiba di Malng saya langsung ke Blitar tempat saudara sya, dan ke malang lagi tanggal 15 Mei malam. Esiknya tanggal 16 Mei 2014 saya ke UMM, tiba-tiba disana ada proses seleksi dengan psikotes, karena lelah saya gagal, padahal saya sudah optimis tingkat tinggi namun itu semua runtuh bung, di lab.psikologi saat saya menerima surat penuh dengan kekecewaan yang luar biasa. Saya marah, tidak terima, saya merasa pengorbanan saya sia-sia, kenapa Allah memberikan ini pada ku,.hari dan hari berlalu, saya tetap memilih UMM di gelombang kedua karen gelombang pertama sudah tutup, sebagai cadangan saya pun ikut SBMPTN. Tak berhenti disitu kegagalan itu datang lagi bahkan sekali gus dua-duanya, lagi dan lagi saya gagal di UMM gel. 2 dan SBMPTN, rasanya sakit, optimisme yang saya bangun sejak kegagalan paska di UMM jalur undangan pun runtuh lagi bahkan berkeping-keping. Air mata seakan menjadi teman sejati. Namun, saya harus bangkit lagi. Dan akhirnya saya lebaran di Blitar dan tidak bersama orangtua saya di Balikpapan. Ya, lebaran pertama kali tanpa ibu, bapak dan kakak. Akhirnya saya beranikan diri untuk mendaftar di gel.3, optimis tetap masuk namun kadarnya saya kurangi, untuk antisipasi presure yang berlebihan jika gagal again. Padahal waktu saya mendaftar itu sya telah di terima di salah satu PTS di Malang namun saya batalkan karena saya ingin memperjuangkan mimpi saya di UMM sejak SMP untuk kuliah disini apapun hasilnya nanti saya tidak peduli, yang penting saya sudah berani mengambil resiko apapun itu, Saya mengubah mindset saya waktu itu, tujuan utama saya bukan lagi harus masuk UMM tapi tujuan saya adalah mengerjakan semua soal di UMM gel 3 sebaik-baiknya, karena kerja yang maksimal tidak akan mengecewakan kita. Alhamdulillah tes pun berlalu, saya menelpon ibu saya dan bilang "ibu, hari ini aku sudah berjuang semampuku, apapun hasilnya nanti yang ikhlas ya bu" dan ibu saya sungguh luar biasa, beliau pun bilang "ibu cuma minta, nanti Diah nda boleh nangis apapun hasilnya dan terima dengan ikhlas",.ya selang tiga hari yaitu tertanggal 28 Agustus 2014, saya mendapatakan kesempatan yang luar biasa dari Allah SWT, hajat saya di perkenankannya. Saya diterima di UMM Psikologi, sesuai dengan apa yang saya cita-citakan sejak dulu kala. Hikmah yang luar biasa, pengorbanan, air mata, dan semua saya lewati di negeri Malang ini, waktu yang lama untuk terluntang-lantung dimana teman-teman saya banyak yang telah diterima univ. Namun, tak ada yang sia-sia, hikmahnya sungguh sangat saya rasakan, saya hidup lebih mandiri, saya jauh beradaptasi lama di Malang, tau jalan di Malang, manage uang sendiri disini, dan menambah ilmu saya untuk ikhlas dan sabar..dan janji Allah dalam firmanNYA
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
3 komentar:
saya suka dengan kata" sya mengubah mind set saya dan dari situ saya sadar :D .. makasih kak diah pengalaman nya
Posting Komentar